بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Diantara timbunan manusia yang memenuhi gerbong KRL Jakarta - Bogor,
pagi itu sontak perhatian penumpang tertuju pada seseorang yang melontarkan
amarahnya pada seorang penumpang yang lain. Semua orang pagi itu memiliki
tujuan yang sama ingin segera sampai tujuan, amat terasa beban yang ada diraut
wajah mereka, sebuah rutinitas yang selalu berulang setiap harinya. Terbersit
dibenakku tentang tujuan hidup manusia pencari dunia itu.
Apa yang mereka cari dari dunia ini? Mungkin itu sebuah pertanyaan
sederhana, dengan jawaban yang sederhana pula, yaitu harta, tahta,& wanita.
Sebuah jawaban klasik. Namun realita membuktikan bahwa memang ketiga hal itulah
yang membuat mereka bergerak menjalani kehidupan ini dengan dinamisnya,
berpeluh lelah menggapai cita dunia yang fana.
Ketika siang telah memekarkan dirinya, puluhan kepala tersungkur
bersujud, menghamba, merendahkan diri atas kesombongan hati disetiap detik yang
telah berlalu, namun ada saja yang terlena oleh buai urusan dunia, sehingga
telinga mereka tuli akan panggilan tuhanNya, pantas saja tuhan belum
mencurahkan rahmat atas bumi muslimin ini (baca: Indonesia), begitu mudahnya kita mengacuhkan
panggilan Dzat yang Maha Agung, Pencipta alam semesta dan segala isinya,
menduakanNya dengan urusan-urusan dunia yang membutakan mata hati.
Tidak menafikkan dunia kawan !! Justru Allah menciptakan dunia ini
sebagai sarana guna mempersiapkan bekal untuk urusan yang lebih besar dan
kekal. Dunia adalah sebuah persinggahan dari terminal awal yang bernama akhirat,
dan akan kembali pada terminal yang sama pula. Sebagaimana Nabiyullah Adam
(as.) akan menginjakkan kakinya kembali disurga. Agama ini mengecam sikap malas
dan menafikkan dunia, agama ini mengajarkan untuk beramal tiada henti,
mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki guna mengundang datangnya ridho
Illahi. Dunia bukan tabu bagi kita kawan !! Karena itu Allah menciptakan
khalifah di dunia ini, agar supaya kita dapat menebar rahmat kesekalian alam,
namun dimana khalifah kita sekarang? Jawab pertanyaan itu di hati kita,
tanyakan pada diri kita, sudahkan kita berprestasi didunia ini? Sudahkan kita
memegang tampuk-tampuk kepemimpinan negeri ini guna melepaskan saudara kita
dari cengkraman para pendzholim muslimin? Jika kita sadar akan jawaban itu
tentu kita meyakini betapa pentingnya kita bergerak aktif, berlomba menjadi
yang terbaik diantara manusia dengan niat tulus mengharap ridho Illahi.
Cahaya merah saga menembus membelah langit, menerangi cakrawala
petang yang gelap, bulir-bulir rahmat tuhanmu telah menyejukkan hamparan bumi
yang kering kerontang. Menghapus dahaga
jiwa yang kering akan keimanan dan ketakwaan padaNya. Ketakwaan sejatinya
melaksanakan apa yang Allah (swt.) sukai -Allah menyukai kebersihan, maka
bersihkan setiap jengkal tubuh, lumuri dengan wewangian ketika kau
menghadapNya, Allah menyukai hambaNya menuntut ilmu, maka jadilah pelajar yang
terus menambah ilmunya sepanjang hidupnya -. Ketakwaan adalah menjauhi segala
yang tidak disukaiNya, maka ajari hati nuranimu untuk mencintai segala
kebaikan, maka ia (hati) akan otomatis merasa aneh dengan keburukan.
Ketakwaan bukan sebatas ritual ibadah kawan,..!!
Ruang lingkup lebih jauh dari apa yang kau sangka,.!!
Depok, 17 Jumadil Tsani 1433 H
-Moejaheedean Al Qassam-
Labels:
Cerita-Ku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
My Stuff
- Apoteker-Ku (3)
- Cerita-Ku (11)
- Dakwah-Ku (8)
- KH. Hilman Rosyad Shihab. Lc. (3)
- Master of Clinical Pharmacy (3)
- My English (4)
Post a Comment