My Friends

Related Site

Palestine Blogs - The Gazette
Spirituality Blogs - BlogCatalog Blog Directory
Showing posts with label Cerita-Ku. Show all posts
Showing posts with label Cerita-Ku. Show all posts

 

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

 

 

 

Bagiku tiada kata yang asyik tuk terus dibahas, diulas, didambakan melebihi tema CINTA yang menggelayuti pikiran seorang insan yang dimabuk asmara melainkan kata-kata JIHAD, SYAHID, SYUHADA !! Bukan berarti hati ku keras kurang sensitif namun itulah pekikan hati ku. Ku sadar akan lemah ku, dosa-dosa ku, tak sanggup ku berkaca pada diri, tertawa lepas diatas cerita dosa yang telah terukir disetiap detik waktu hidupku. Hanya harap bahwa JIHAD dan SYAHID ku dapat menjadi kaffarat atas semua itu.

Lupakan dan berpalinglah dari manusia yang masih dapat tertawa diatas dosanya, lupa akan kemaksiatan yang diperbuatnya, sedikit bahkan sulit mengintrospeksi diri, sulit menangisi dirinya yang ternodai pernak-pernik zina, dan menganggap dirinya tetap menjadi mulia, astagfirullahil ‘adzim.

Bersegera memenuhi perbekalan guna bersegera pulang ke pangkuan Ilahi. Kalimat yang menyadarkan diriku bahwa memang dunia sejatinya hanyalah persinggahan sementara seorang pengembara guna mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk melanjutkan perjalanannya. Aku takut jiwaku dihinggapi penyakit “Wahn” = cinta dunia dan takut mati, karena memang itu bukanlah sikap seorang muslim yang sejati. Aku tidak takut mati, aku tidak takut dunia dan seisinya, namun ku teramat takut jika amal-amalku takkan sanggup mengantarkan diriku ke surganya, keridhoan-Nya, teramat takut azab neraka walau hanya sekejap mata.

Gelar syuhada merupakan gelar yang sesungguhnya amat sangat ku idamkan, gelar yang turun dari langit, yang menghinakan gelar-gelar bumi yang tersemat disetiap nama insan manusia. Semulia gelar seorang penghafal Al Quran Al Karim yang memuliakan dadanya diatas dada-dada umat muslim lainnya.

Kesungguhan dalam menggapainya, mimpi-mimpi yang diidamkan setiap malamnya, insyaallah mengantarkan kematian dalam derajat yang sama walau terkapar diatas tempat tidur. Kondisi yang dialami oleh “Sang Pedang Allah” yang menangis tatkala menjumpai kematiannya diatas pembaringannya, walaupun sekujur tubuh dihiasi luka tebasan pedang, tombak, dan panah. Sungguh luka-luka itu merupakan hujjah yang dapat dibanggakan dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla, bukti yang memberatkan timbangan di yaumil akhir, akhhhrg....sungguh aku menginginkannya. Allahu Akbar !!

Aku rela darahku membasahi bumi pertiwi, rasa sakitnya hanyalah sedikit sakit yang dirasa ketika seorang syuhada menjadikan darahnya sebagai pembakar semangat para pemuda Islam tuk mengobarkan api jihad fii sabilillah. Janganlah kau bersedih sesungguhkan mereka (syuhada) memperoleh kehidupan, merenunglah sesungguhnya kitalah yang mati. Nantikan kami wahai mujahid peraih syahid, kami akan segera menyusulmu.

Barisan para mujahid menggetarkan musuh-musuh Islam, barisan yang berjuang menegakkan kalimat Allah diseluruh Bumi, agar semua agama hanya milik Allah dan sirnalah semua fitnah. Hanya Allah pelindung dan penolong kami.

Kami adalah umat mulia dan sebaik-baik umat yang diturunkan ke muka Bumi. Kami yang paling berhak atas Bumi Allah ini, karena Dia telah melimpahkan mandat-Nya keatas pundak-pundak kaum muslimin, sebagai khalifah, mengatur dunia guna kemashlahatan umat manusia, melepaskan Bumi ini dari cengkraman tangan-tangan keji.

Cahaya Islam selamanya akan memancar,..!!

 

 

 

Depok, 07 Safar 1434 H



بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ


Negeri mujahid sejati,.
Perjuangan tak kenal kata henti demi sebuah kenikmatan abadi,.
Dari Gaza semua itu bermula,.

Debu dan batu di tanah ini menjadi saksi,.
Jiwa-jiwa perkasa yang memenuhi janji pada Tuhannya (Allahu ‘azza wa jalla),.

Wahai muslimin bangkitlah dari tidur panjang mu,.
Dunia mu kini tidaklah sama dengan dunia mu dulu,.
Wahai rajawali padang pasir, terbanglah tinggi menegakkan kalimat illahi,.


(Diambil dari lirik Izzatul Islam: GAZA)


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ





Kenapa jihad,..?
Karena jihad, memberikan kematian demi sebuah kehidupan,. 

Yaa Allah, sungguh hati ini tertambat di jalan-Mu,.
Kerinduan yang begitu membuncah akan seruan jihad di jalan Mu,.

Yaa Allah, jiwa ini rela bila harus meregang nyawa untuk menegakkan kalimat Mu di bumi ini,.
Jadikanlah kematianku sebagai penghapus segala dosaku,.

Yaa Allah, hati ini terbakar melihat saudara kami di dzholimi, ulama di caci, dakwah ini kemudian di benci di negeri ini,.
Teguhkan hati kami tuk berani berkata lantang, menabuh genderang perang, mengayunkan pedang memerangi para pembangkang syari’at Mu,.

Yaa Allah, sungguh kami tidak mengharap penilaian dunia dan seisinya terhadap apa yang kami yakini,.
Mereka (musuh islam) khawatir bermunculan benih-benih pemuda Islam yang bersungguh-sungguh membela agamanya,.
Mereka (musuh islam) berusaha melemah kami dengan segala tipu daya dan propaganda, namun Engkau (Allah subhanahu wa ta’ala) sebaik-baik penolong dan pelindung kami,.

Yaa Allah, yakin kami bahwa diri ini seonggok daging yang tak berarti dan tak layak menyombongkan diri di bumi Mu ini yaa Rabbul ‘alamin,..

Ampuni dosa khilaf kami yaa Rabbii,.
Tegakkan kepala kami dihadapan makhluk Mu, jangan biarkan sedikit pun diri ini merendah diri, apalagi mengabdi kepada selain Mu,.

Hina diri ini, apabila dunia menjadi tujuan kami,.
Hina diri ini, apabila hati ini tunduk patuh pada manusia yang juga akan merasakan mati,.

Yaa Allah, Yaa Rosulullah, saksikanlah bahwa kami ini muslim,.
Kami ridho Engkau sebagai tuhan kami, Islam menjadi agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rosul kami,.

Teguhkan harga diri kami yaa Rabb hingga Engkau anugerahkan syahid kepada kami dan keturunan kami,.

Berkahi negeri ini dengan darah para syuhada, darah para da’i/da’iyah, ulama, dan kaum muslimin yang membela agama Mu,.

Anugerahkan kami sebaik-baik kematian,.
Anugerahkan kami kematian yang dirindui Rosul Mu, dan para sahabatnya yang mulia,.
Anugerahkan kami Syahid,.

Hingga jihad bukan lagi kata yang dibenci lagi dihindari,.
Hingga jihad menjadi kata-kata inspirasi, motivasi, dan penjaga harga diri,.
Hingga jihad membahana di bumi pertiwi dan menjadi cita-cita tertinggi,.

Sungguh, bukan kematian yang kami takuti,..!!
Namun, keridhoan tuhan kami yang selalu menjadi harap dan cemas kami,.

ALLAHU AKBAR,.
ALLAHU AKBAR,.
ALLAHU AKBAR,.

Munsyid : Izzatul Islam


Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negeri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negeri kau sambangi

Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu

Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu

Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu

Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu

Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati

Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani

----------------------------------------------------------
 

Munsyid: Izzatul Islam

 
Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya

Kami adalah pedang-pedang terhunus

Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya

Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi


Kami adalah tombak-tombak berjajar

Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

Kami adalah butir-butir peluru

Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi


Kami adalah mata pena yang tajam

Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

Kami pisau belati yang selalu tajam

Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da'wah ini , jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi




بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ





Terkadang kita ragu dalam mengambil tindakan untuk berbuat baik, berpikir dua kali sebelum memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Namun tidak jarang kita tertahan untuk berbuat baik dikarenakan keraguan yang menetap di hati kita, prasangka negatif yang berlebihan, dan pada akhirnya tersadar dalam penyesalan dikarenakan berlalunya kesempatan emas tersebut atau bahkan direbut oleh oranglain. Hal ini pernah terjadi pada penulis, jika dipikir kembali momen emas tersebut, terasa penyesalan yang begitu besar. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran yang berharga bagi penulis, dimana selayaknya ketika adanya betikan hati ingin berbuat baik maka dengarkan dan segera lakukan, sehingga berbuat baik itu memiliki slogan yang unik,
“NEVER SAY NEVER”
[ JANGAN KATAKAN TIDAK ]

Kalimat diatas cukup menginspirasi penulis, kalimat yang mengandung makna antara lain sebagai penolakan terhadap keraguan hati, menggambarkan keteguhan hati, keberanian, dan kesungguhan dari pelaku yang mengucapkannya. Tentunya penulis memaknainya dalam hal Amal Ma’ruf Nahi Munkar (Berbuat Baik dan Mencegah Kemunkaran).

Keragu-raguan memang sering menyusahkan kita dalam mengambil keputusan terutama dalam urusan yang penting dan genting. Dalam konteks amal ma’ruf nahi munkar maka sifat keragu-raguan merupakan hal yang semestinya dapat segera dihilangkan seketika, karena boleh jadi kesempatan berbuat baik tersebut hanya datang sekali seumur hidup kita. Segera ambil kesempatan tersebut sebelum amalan itu direbut oranglain ataupun terlewatkan sia-sia. Memang untuk dapat responsif terhadap amalan yang bernilai “berlian” dibutuhkan kebersihan hati, sehingga getaran/sinyal kebaikan dapat dengan cepat menjalar dan menggerakkan sendi-sendi tubuh tuk bergerak menyambutnya. Sedikit memberikan contoh tentang sikap responsif yang saya maksud sebagaimana cerita dari hadits dibawah ini:



بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ




Diantara timbunan manusia yang memenuhi gerbong KRL Jakarta - Bogor, pagi itu sontak perhatian penumpang tertuju pada seseorang yang melontarkan amarahnya pada seorang penumpang yang lain. Semua orang pagi itu memiliki tujuan yang sama ingin segera sampai tujuan, amat terasa beban yang ada diraut wajah mereka, sebuah rutinitas yang selalu berulang setiap harinya. Terbersit dibenakku tentang tujuan hidup manusia pencari dunia itu.

Apa yang mereka cari dari dunia ini? Mungkin itu sebuah pertanyaan sederhana, dengan jawaban yang sederhana pula, yaitu harta, tahta,& wanita. Sebuah jawaban klasik. Namun realita membuktikan bahwa memang ketiga hal itulah yang membuat mereka bergerak menjalani kehidupan ini dengan dinamisnya, berpeluh lelah menggapai cita dunia yang fana.

Ketika siang telah memekarkan dirinya, puluhan kepala tersungkur bersujud, menghamba, merendahkan diri atas kesombongan hati disetiap detik yang telah berlalu, namun ada saja yang terlena oleh buai urusan dunia, sehingga telinga mereka tuli akan panggilan tuhanNya, pantas saja tuhan belum mencurahkan rahmat atas bumi muslimin ini (baca: Indonesia), begitu mudahnya kita mengacuhkan panggilan Dzat yang Maha Agung, Pencipta alam semesta dan segala isinya, menduakanNya dengan urusan-urusan dunia yang membutakan mata hati.


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ



“Ya Allah yaa Ghaffar,..Rabb yang Maha Pengampun,.
Ampunilah kekufuranku padaMu, kurangnya rasa syukurku padaMu, terbuai oleh dunia yang fana ini,..
Terkungkung oleh nafsu, azam yang lemah untuk berubah, ikhtiar yang kering dari kesungguhan pada jalan kebenaran,.

Ya Rabb bimbinglah diriku yang lemah dan tiada daya upaya ini,.
Tunjukkan kepada hidayah dan inayahMu ya Rabbi,.

Kisah pilu itu telah menggetarkan hati yang lalai ini wahai tuhanku, betapa kurangnya kesyukuranku atas nikmatMu,.

Muliakan dia dengan rahmatMu ya Rabbul ‘Izzati,.
Angkat segala pilu resah hatinya, tunjukan cahaya pertolonganMu padaNya,.
Jadikan ia makhluk yang pandai bersyukur padaMu,.”

Mungkin rangkaian kata-kata diatas cukup merepresentasikan keadaan hatiku saat ini, ketika diri ini lalai akan nikmat tuhannya. Betapa tidak cerita ibuku tentang seorang pemuda dengan masa-masa kelamnya dalam menuntut ilmu, mengejar impiannya, cukup membuatku terkagum-kagum dan sekaligus menyadarkanku dari “tidur panjang” kekhilafanku sebagai seorang anak, mungkin ini salah satu jalan Allah meneguhkan azamku, dan aku yakin itu.


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ


MELAYU
Oleh : Allahyarham Datuk Usman Awang
Sasterawan Negara.



Melayu itu orang yang bijaksana
Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan
Bila mengampu bijak beralas tangan.


Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar,
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut,
Biar mati adat
Jangan mati anak.


Melayu di tanah Semenanjung luas maknanya:
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu
Banjar juga disebut Melayu,
Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Acheh adalah Melayu,
Jakun dan Sakai asli Melayu,
Arab dan Pakistani, semua Melayu
Mamak dan Malbari serap ke Melayu
Malah mua'alaf bertakrif Melayu
(Setelah disunat anunya itu)


Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan
Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan
Sayangnya kini segala kehilangan.

Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara