
بِسۡمِ ٱللهِ
ٱلرَّحۡمَـٰنِ
ٱلرَّحِيمِ
Bagiku
tiada kata yang asyik tuk terus dibahas, diulas, didambakan melebihi tema CINTA
yang menggelayuti pikiran seorang insan yang dimabuk asmara melainkan kata-kata
JIHAD, SYAHID, SYUHADA !! Bukan berarti hati ku keras kurang sensitif namun
itulah pekikan hati ku. Ku sadar akan lemah ku, dosa-dosa ku, tak sanggup ku
berkaca pada diri, tertawa lepas diatas cerita dosa yang telah terukir disetiap
detik waktu hidupku. Hanya harap bahwa JIHAD dan SYAHID ku dapat menjadi
kaffarat atas semua itu.
Lupakan
dan berpalinglah dari manusia yang masih dapat tertawa diatas dosanya, lupa
akan kemaksiatan yang diperbuatnya, sedikit bahkan sulit mengintrospeksi diri,
sulit menangisi dirinya yang ternodai pernak-pernik zina, dan menganggap
dirinya tetap menjadi mulia, astagfirullahil ‘adzim.
Bersegera
memenuhi perbekalan guna bersegera pulang ke pangkuan Ilahi. Kalimat yang
menyadarkan diriku bahwa memang dunia sejatinya hanyalah persinggahan sementara
seorang pengembara guna mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk melanjutkan
perjalanannya. Aku takut jiwaku dihinggapi penyakit “Wahn” = cinta dunia dan
takut mati, karena memang itu bukanlah sikap seorang muslim yang sejati. Aku
tidak takut mati, aku tidak takut dunia dan seisinya, namun ku teramat takut
jika amal-amalku takkan sanggup mengantarkan diriku ke surganya, keridhoan-Nya,
teramat takut azab neraka walau hanya sekejap mata.
Gelar
syuhada merupakan gelar yang sesungguhnya amat sangat ku idamkan, gelar yang
turun dari langit, yang menghinakan gelar-gelar bumi yang tersemat disetiap
nama insan manusia. Semulia gelar seorang penghafal Al Quran Al Karim yang
memuliakan dadanya diatas dada-dada umat muslim lainnya.
Kesungguhan
dalam menggapainya, mimpi-mimpi yang diidamkan setiap malamnya, insyaallah
mengantarkan kematian dalam derajat yang sama walau terkapar diatas tempat
tidur. Kondisi yang dialami oleh “Sang Pedang Allah” yang menangis tatkala
menjumpai kematiannya diatas pembaringannya, walaupun sekujur tubuh dihiasi
luka tebasan pedang, tombak, dan panah. Sungguh luka-luka itu merupakan hujjah
yang dapat dibanggakan dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla, bukti yang memberatkan
timbangan di yaumil akhir, akhhhrg....sungguh aku menginginkannya. Allahu Akbar
!!
Aku
rela darahku membasahi bumi pertiwi, rasa sakitnya hanyalah sedikit sakit yang
dirasa ketika seorang syuhada menjadikan darahnya sebagai pembakar semangat
para pemuda Islam tuk mengobarkan api jihad fii sabilillah. Janganlah kau
bersedih sesungguhkan mereka (syuhada) memperoleh kehidupan, merenunglah
sesungguhnya kitalah yang mati. Nantikan kami wahai mujahid peraih syahid, kami
akan segera menyusulmu.
Barisan
para mujahid menggetarkan musuh-musuh Islam, barisan yang berjuang menegakkan
kalimat Allah diseluruh Bumi, agar semua agama hanya milik Allah dan sirnalah
semua fitnah. Hanya Allah pelindung dan penolong kami.
Kami
adalah umat mulia dan sebaik-baik umat yang diturunkan ke muka Bumi. Kami yang
paling berhak atas Bumi Allah ini, karena Dia telah melimpahkan mandat-Nya
keatas pundak-pundak kaum muslimin, sebagai khalifah, mengatur dunia guna
kemashlahatan umat manusia, melepaskan Bumi ini dari cengkraman tangan-tangan
keji.
Cahaya
Islam selamanya akan memancar,..!!
Depok, 07 Safar 1434 H

Kenapa jihad,..?
Karena jihad, memberikan kematian demi sebuah kehidupan,.
Yaa Allah, sungguh hati ini tertambat di jalan-Mu,.
Hingga jihad bukan lagi kata yang dibenci lagi dihindari,.
Hingga jihad menjadi kata-kata inspirasi, motivasi, dan penjaga harga diri,.
Hingga jihad membahana di bumi pertiwi dan menjadi cita-cita tertinggi,.
Sungguh, bukan kematian yang kami takuti,..!!
ALLAHU AKBAR,.
ALLAHU AKBAR,.
ALLAHU AKBAR,.
Munsyid : Izzatul Islam
Pelosok negeri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negeri kau sambangi
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu
Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu
Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu
Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati
Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani
----------------------------------------------------------
Munsyid: Izzatul Islam
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya
Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya
Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi
Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan
Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman
Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi
Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan
Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da'wah ini , jalan panjang
Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi
Terkadang kita ragu dalam mengambil tindakan untuk berbuat baik, berpikir dua kali sebelum memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Namun tidak jarang kita tertahan untuk berbuat baik dikarenakan keraguan yang menetap di hati kita, prasangka negatif yang berlebihan, dan pada akhirnya tersadar dalam penyesalan dikarenakan berlalunya kesempatan emas tersebut atau bahkan direbut oleh oranglain. Hal ini pernah terjadi pada penulis, jika dipikir kembali momen emas tersebut, terasa penyesalan yang begitu besar. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran yang berharga bagi penulis, dimana selayaknya ketika adanya betikan hati ingin berbuat baik maka dengarkan dan segera lakukan, sehingga berbuat baik itu memiliki slogan yang unik,

Sasterawan Negara.

Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan
Bila mengampu bijak beralas tangan.
Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar,
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut,
Biar mati adat
Jangan mati anak.
Melayu di tanah Semenanjung luas maknanya:
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu
Banjar juga disebut Melayu,
Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Acheh adalah Melayu,
Jakun dan Sakai asli Melayu,
Arab dan Pakistani, semua Melayu
Mamak dan Malbari serap ke Melayu
Malah mua'alaf bertakrif Melayu
(Setelah disunat anunya itu)
Melayu itu pengembara lautan
Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan
Sayangnya kini segala kehilangan.
Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara
My Stuff
- Apoteker-Ku (3)
- Cerita-Ku (11)
- Dakwah-Ku (8)
- KH. Hilman Rosyad Shihab. Lc. (3)
- Master of Clinical Pharmacy (3)
- My English (4)